Model
Pembelajaran Investigasi
A.
Pengertian Investigasi
Investigasi
atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan
siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil
benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Soppeng, 2009) . Kegiatan
belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang
diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka,
artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya
mengacu pada berbagai teori investigasi.
Menurut
Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi
adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang
tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan
perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau
lebih hasil.
Talmagae dan
Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal
atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajarnya cenderung
terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Siswa dapat memilih
jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula
bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekan-rekannya, maka
suasana investigasi ini akan menjadi satu hal yang sangat potensial dalam
menunjang pengertian siswa.
Menurut
Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi” sebenarnya
dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model
“penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar
berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya.
Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau
tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang
suatu prinsip
Pada
investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru
hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan
siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta
menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga
berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri
maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang memerlukan orang lain,
termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya
melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci.
Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak
berhenti di tengah jalan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi
adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang
tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan
perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau
lebih hasil.
B.
Model
Pembelajaran Investigasi kelompok
Menurut
Aunurrahman (2009:152) Seorang guru dapat menggunakan strategi investigation
kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan, antara lain
sebagai berikut:
1.
Bilamana guru bermaksud agar
siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi atau materi, yang
tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang
terpusat pada guru.
2.
Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk
lebih skeptis tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka
dapatkan.
3.
Bilamana guru bermaksud meningkatkan
minat siswa terhadap suatu topik yang memotivasi mereka membicarakan berbagai
persoalan di luar kelas.
4.
Bilamana guru bermaksud membantu
siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi
informasi yang berasal dari penelitian-penelitian orang lain yang
mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif.
5.
Bilamana guru bermaksud
mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian,yang selanjutnya dapat
mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya
cooperative learning.
6.
Bilamana guru menginginkan
peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
Menurut
Killen ( dalam Aunurrahman, 1998 : 146) memaparkan beberapa ciri essensial
investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah:
1.
Para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap guru.
2.
Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus
pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
3.
Kegiatan belajar siswa akan selalu
mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,
menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4.
Siswa akan menggunakan pendekatan
yang beragam di dalam belajar.
5.
Hasil-hasil dari penelitian siswa
dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Ibrahim.(dalam
Yasa, 2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe investigasi kelompok guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen
dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu.
Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan
penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep
penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan
keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Berdasarkan
uraian di atas bahwa model pembelajaran investigasi
kelompok adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang bersifat
heterogen dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
C.
Tahapan Melaksanakan Metode
Investigasi Kelompok
Slavin
(2009: 218), mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran
investigasi kelompok adalah sebagai berikut:
Ø
Tahap 1. Mengidentifikasikan Topik
dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok (Grouping)
1.
Para siswa meneliti beberapa sumber,
memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran.
2.
Para siswa bergabung dengan
kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
3.
Komposisi kelompok didasarkan pada
ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
4.
Guru membantu dalam pengumpulan
informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Ø
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang
akan Dipelajari (Planning)
1.
Para siswa merencanakan bersama
mengenai:
·
Apa yang kita pelajari ?
·
Bagaimana kita mempelajarinya?
·
Siapa melakukan apa? (pembagian
tugas).
·
Untuk tujuan atau kepentingan apa
kita menginvestigasi topik ini?
Ø
Tahap 3: Melaksanakan Investigasi ( Investigation)
1.
Para siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
2.
Tiap anggota kelompok berkontribusi
untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
3.
Para siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
Ø
Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)
1. Anggota
kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek mereka.
- Anggota kelompok merencanakan apa
yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat
presentasi mereka.
- Wakil-wakil kelompok membentuk
sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana
presentasi.
Ø
Tahap 5: Mempresentasikan Laporan
Akhir (Presenting)
1. Presentasi
yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
- Bagian presentasi tersebut
harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
- Para pendengar tersebut
mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi
berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sebelumnya
oleh seluruh anggota kelas.
Ø
Tahap 6: Evaluasi (Evaluating)
1. Para siswa
saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang
telah mereka kerjakan, mengenai keefktifan pengalaman-pengalaman mereka.
- Guru dan murid berkolaborasi
dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
- Penilaian atas pembelajaran
harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
D.
Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
secara Investigasi
1.
Pengertian
Masalah
Suatu
pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu
tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah
diketahui oleh si pelaku ( Fadjar Shadiq, 2004: 10). Definisi di atas
mengandung implikasi bahwa suatu masalah harus mengandung adanya “tantangan”
dan “belum diketahuinya prosedur rutin”. Prosedur rutin di sini adalah soal
yang penyelesainnya sudah bisa ditebak, diketahui rumusnya, dan hanya dengan
satu atau dua langkah soal sudah terselesaikan. Tidak semua pertanyaan
merupakan suatu masalah. Bagi seseorang suatu pertanyaan bisa menjadi suatu
masalah sedang bagi orang lain tidak.
Masalah berbeda dengan soal latihan.
Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah
jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya ada
contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya,
tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat diartikan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi
masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang
tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh
penjawab pertanyaan, sebab suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan
masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk
menyelesaikannya.
2.
Pemecahan
masalah
Dalam
pembelajaran matematika, masalah-masalah yang sering dihadapi siswa berupa
soal-soal atau tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa. Pemecahan masalah
dalam hal ini adalah aturan atau urutan yang dilakukan siswa untuk memecahkan
soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Wardhani
(2006:16), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian
ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah:
a)
Ada tantangan dalam materi, tugas,
atau soal.
b)
Masalah tidak dapat diselesaikan
dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab.
Dari uraian
diatas dapat diartikan bahwa dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam
menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
3.
Langkah-langkah
menyelesaikan masalah
Menurut
Polya (1973:5-22), ada empat langkah dalam menyelesaikan masalah yaitu:
Ø
Memahami
masalah
Pada
kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus
dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional
(dapat dipecahkan).
Ø
Merencanakan
pemecahannya
Kegiatan
yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah
yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan sifat yang akan
dipecahkan, mencari pola atau aturan , menyusun prosedur penyelesaian.
Ø
Melaksanakan
rencana
Kegiatan
pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat pada
langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian .
Ø
Memeriksa
kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan
pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi apakah prosedur yang
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih
efektif , apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.
4. Stategi pemecahan masalah
Menurut
Polya dan Pasmep (Fajar Shadiq, 2004:13) beberapa strategi pemecahan masalah
antara lain:
Ø
Mencoba-coba
Strategi ini
biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalah
(trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil,
adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang
tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
Ø
Membuat
diagram
Strategi ini
berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah memahami masalah
dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini,
hal-hal yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas
kertas.
Ø
Mencobakan
pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini
berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih
sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalah akan lebih mudah
dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan.
Ø
Membuat
tabel
Strategi ini
digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran, sehingga
segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
Ø
Menemukan
pola
Strategi ini
berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan yang sudah
diperoleh akan lebih memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
Ø
Memecah
tujuan
Strategi ini
berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai. Tujuan pada
bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang
sebenarnya.
Ø
Memperhitungkan
setiap kemungkinan
Strategi ini
berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para pelaku
selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak
akan ada satu alternatif yang terabaikan.
Ø
Berpikir
logis
Strategi ini
berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah
atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
Ø
Bergerak
dari belakang
Dalam
strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan,
bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk
dicapai pemecahan masalahnya.
Ø
Mengabaikan
hal yang tidak mungkin
Dalam
strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang
diketahui dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan mampu memecahkan masalah
apabila telah memenuhi tahap-tahap pemecahan masalah dan menggunakan strategi
yang ada, selain itu pengerjaannya harus sistematis dan jelas.
E.
Kaitan
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dari uraian
yang telah dijelaskan sebelumnya tampak adanya keterkaitan antara model
pembelajaran investigasi kelompok dan kemampuan pemecahan masalah. Pada
tahap-tahap Investigasi kelompok yaitu : Pengelompokkan, perencanaan,
penyelidikan, pengorganisasian, persentase dan evaluasi. Dari tahap-tahap
investigasi kelompok ini berkembang langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana
pemecahan masalah dan memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar