Translate

Minggu, 30 Juni 2013

Model Pembelajaran Investigasi
A.   Pengertian Investigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Soppeng, 2009) . Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
Menurut Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
Talmagae dan Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajarnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Siswa dapat memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekan-rekannya, maka suasana investigasi ini akan menjadi satu hal yang sangat potensial dalam menunjang pengertian siswa.
Menurut Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi” sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang suatu prinsip
Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
B.   Model Pembelajaran Investigasi kelompok
Menurut Aunurrahman (2009:152) Seorang guru dapat menggunakan strategi investigation kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan, antara lain sebagai berikut:
1.     Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi atau  materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat  pada guru.
2.      Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang  disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan.
3.     Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik yang memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas.
4.     Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal  dari penelitian-penelitian orang  lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman  yang kurang positif.
5.     Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian,yang selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti  halnya cooperative learning.
6.     Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
Menurut Killen ( dalam Aunurrahman, 1998 : 146) memaparkan beberapa ciri essensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah:
1.     Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap  guru.
2.     Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
3.     Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan   sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4.     Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
5.     Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Ibrahim.(dalam Yasa, 2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe investigasi kelompok  guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran investigasi kelompok adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang bersifat heterogen dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
C.    Tahapan Melaksanakan Metode Investigasi Kelompok
Slavin (2009: 218), mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai berikut:
Ø  Tahap 1. Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok (Grouping)
1.     Para siswa meneliti beberapa sumber, memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran.
2.     Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang  telah mereka pilih.
3.     Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
4.     Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Ø  Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari (Planning)
1.     Para siswa merencanakan bersama mengenai:
·       Apa yang kita pelajari ?
·       Bagaimana kita mempelajarinya?
·       Siapa melakukan apa? (pembagian tugas).
·       Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi  topik ini? 
Ø  Tahap 3: Melaksanakan Investigasi ( Investigation)
1.     Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat  kesimpulan.
2.     Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
3.     Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua   gagasan.
Ø  Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)
1.      Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek mereka.
  1. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
  2. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
Ø  Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir (Presenting)
1.      Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
  1. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
  2. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi    berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Ø  Tahap 6: Evaluasi (Evaluating)
1.      Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefktifan pengalaman-pengalaman mereka.
  1. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
  2. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
D.   Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran secara Investigasi
1.     Pengertian Masalah
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku ( Fadjar Shadiq, 2004: 10). Definisi di atas mengandung implikasi bahwa suatu masalah harus mengandung adanya “tantangan” dan “belum diketahuinya prosedur rutin”. Prosedur rutin di sini adalah soal yang penyelesainnya sudah bisa ditebak, diketahui rumusnya, dan hanya dengan satu atau dua langkah soal sudah terselesaikan. Tidak semua pertanyaan merupakan suatu masalah. Bagi seseorang suatu pertanyaan bisa menjadi suatu masalah sedang bagi orang lain  tidak.
Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diartikan  bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu  menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh penjawab pertanyaan, sebab suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya.
2.     Pemecahan masalah
Dalam pembelajaran matematika, masalah-masalah yang sering dihadapi siswa berupa soal-soal atau tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa. Pemecahan masalah dalam hal ini adalah aturan atau urutan yang dilakukan siswa untuk memecahkan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Wardhani (2006:16), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah:
a)     Ada tantangan dalam materi, tugas, atau soal.
b)     Masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.


3.     Langkah-langkah menyelesaikan masalah
Menurut Polya (1973:5-22), ada empat langkah dalam menyelesaikan masalah yaitu:
Ø  Memahami masalah
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang diketahui, apa yang  ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan).
Ø  Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan sifat yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan , menyusun prosedur penyelesaian.
Ø  Melaksanakan rencana
Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat   pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian .
Ø  Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih efektif , apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.
4.     Stategi pemecahan masalah
Menurut Polya dan Pasmep (Fajar Shadiq, 2004:13) beberapa strategi pemecahan masalah antara lain:
Ø  Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan  gambaran umum pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
Ø  Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.
Ø  Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalah akan lebih mudah dianalisis  dan akan lebih mudah ditemukan.
Ø  Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
Ø  Menemukan pola
Strategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan yang sudah diperoleh  akan lebih memudahkan  untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
Ø  Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang  hendak dicapai. Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
Ø  Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satu alternatif yang terabaikan.
Ø  Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
Ø  Bergerak dari belakang
Dalam strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan, bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk dicapai pemecahan masalahnya.
Ø  Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dalam strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang diketahui dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan mampu memecahkan masalah apabila telah memenuhi tahap-tahap pemecahan masalah dan menggunakan strategi yang ada, selain itu pengerjaannya harus sistematis dan jelas.
E.    Kaitan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya tampak adanya keterkaitan antara model pembelajaran investigasi kelompok dan kemampuan pemecahan masalah. Pada tahap-tahap Investigasi kelompok yaitu : Pengelompokkan, perencanaan, penyelidikan, pengorganisasian, persentase dan evaluasi. Dari tahap-tahap investigasi kelompok ini berkembang langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

A.  METODE PROBLEM SOLVING
Metode problem solving adalah salah satu dari kegiatan metode ingkuiri ynag paling sering di gunakan, metode ingkuiri juga disebut metode penyelesaiaan masalah atau discovery. Ingkuiri lebih memberi tekanan pada keyakinan atas dirinya sendiri terhadap apa yang ditrmukan, metode problem soling lebih menekankan pada terselesaikannya masalah itu sendiri, dan discovery pada penemuan itu sendiri.
Setiap hari bahkan setiap saat, manusia berhadapan dengan masalah yang menuntut penyelesaian , mulai dari masalah yang paling sederhana sampai pada masalah yang rumit. Masalah pada hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diinginkan, atau antara kenyataa dan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut menempakkan diri dalam bentuk keluhan, keresahan dan kecemasan masalah sosial adalah kesenjangan antara situasi yang diharapkan dalam kehidupan sekelompok manusia dalam masyarakat. Penyelesaian masalah (problem solving) adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut.
Penyelesaian masalah dapat dilakuakan denga berbagai cara antara lain sebagai berikut.
1.   Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau.
Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk penampilannya. Dalam hal ini penyelesaian masalah menjadi kurang rasional.
2.   Penelesaian masalah dengan intuitif.
Dalam hal ini, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuitif dan firasat.


3.   Penyelesaian masalah dengan cara trik dan eror.
Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara coba-coba sehingga akhirnya ditemuka n penyelesaian yang tepat, percobaan yang dilakukan berdasatkan hipotesis, tetapi secara acak.
4.   Penyelesaian masalah secara otomatis.
Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan sesseorang.
5.   Penyelesaian masalah dengan metafiisik.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang bersumber dari dunia supranatural atau dunia gaib. Misalnya penyakit AIDS yang dialami dalam dunia nyata, dianggap sebagi suatu kutukan atas dosa. Oleh karena itu penyelesaian adalah pertaubatan.
6.   Penyelesaian masalah secara ilmiah.
Penyelesaian masalah ini ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses reduksi atau induksi.
            Penyelesaian masalah yang di bicarakan dalam metode ini ialah penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Untuk mendukung metode ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Dalam permasalahan pemilihan materi diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
1.   Bahan yang dipilih bersifat conflict issue stsu kontoversional. Bahan seperti dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping.
2.   Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
3.   Bahan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak dalam masyarakat.
4.   Bahan tersebut mendukung tujuan pembelajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum.
5.   Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yan dikehendaki.
6.   Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.\

B.   MODEL-MODEL PENYELESAIAN MASALAH
Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model.
1.   Penyelesaian masalah menurut J. Dewey
Penyelesaian masalah menurut model ini dilakukan dalam enam tahap, yaitu :
a.    Merumuskan masalah.
Merumuskan masalah  yaitu Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas.
b.   Menelaah masalah.
Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
c.    Merumuskan hipotesis.
Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative penyelesaian.
d.   Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam bentuk diagram, gambar dan table.
e.    Pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
f.    Menentukan pilihan.
Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.




2.   Penyelesaian masalah menurut Lawner Senesh.
Sanesh adalah seorang guru besar ekonomi, ia menggunakan tiga tahap dalam proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu:  
a.    Tahap motivasi
b.   Tahap pengembangan, dan
c.    Tahap komulasi.
Problem solving berbeda daam tahap yang ke dua yaitu tahap pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaian sebgai berikut:
a.    Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the problem)
b.   Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the problem)
c.    Mendefinisikan masalah (definition of the problem)
d.   Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the problem)
e.    Menganalisi sebab-sebab masalah (causes of the problem)
f.    Menyelesaikan masalah (solution of the problem)

3.   Penyelesaian masalah menurut david johnson dan johnson.
Penyelesaian masalah menurut johnson dan david ini dilakukan melalui kelompok. Suatu masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversional, misalnya dianggap penting (importain), urgen dan dapat diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian adalah sebagai berikut:
a.    Mendefinisikan masalah
Penemuan masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
1)   mengemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Mintalah kepada siswa untuk merumuskannya dalam suatu kalimat sederhana (brain stroming). Kemudia, terimalah setiap pendapat mereka tanpa persoalan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
2)   Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta penjelasan dari siswa yang berssangkutan , dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat. Akhirnya , kelas memilih suatu perumusan yang paling tepat yang dapat dipakai oleh semua.
b.   Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikut ialah membentuk kelompok kecil. Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah. Menurut johnson dan david, suatu masalah muncul karena dua faktor, yaitu:
1)   Faktor-faktor yang mendorong ke arah tercapainya tujuan.
2)   Faktor-faktor yang menghemat terhambatnya tujuan.
Munculnya masalah disebabkan kedua faktor itu berada dalam keadaan seimbang. Analisis terhadap kedua faktor tersebut disebut analisis kekuatan lapangan (AKL). AKL ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1)   Mengadakan brain stroming agar setiap anggota kelompok mendenfikasikan kedua macam faktor itu, faktor pendukung dalam faktor penghemat.
2)   Penyusun faktor-faktor itu secara berurutan menuruk kuatnya pengaruh peristiwa yang aktual.
3)   Suatu masalah akan dapat teratasi jika faktor penghemat didalamnya dikurangi dan faktor pendukungnya ditingkatkan. Usaha untuk mengubah kedua faktor tersebut akan lebih mudah jika ada fasilitas yang tersedia.
4)   Dicari upaya untuk mengubah kekuatan pada faktor-faktor pendukung.
5)   Memilih beberapa kemungkinan tindakan dari 3 dan 4 yang dianggap paling memberi harapan. Kemudian disusun kembali langkah-langkah yang sudah diplih.
6)   Mempelajari kembali langkah-langkah kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing langkah itu dapat dipakai dalam penyelesaian masalah.
7)   Merencanakan cara mengevaluasi keekfetifan program penerpanaya dan kemungkinan yang dapat dilakukan dalam prosedur evaluasi.

c.    Merumuskan alternatif strategi
Pada tahanp ini, kelompok mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara menyelesaikan maslah. Menurut teori ini, perubahan-perubahan pada situasi yang aktual dapat terjadi jika kekuatan-kekuatan yang mendukung ataupun menghambat mengalami perubahan, sehingga tingkat keseimbagannya berubah, ada tiga cara untuk mengubah titik keseimbangan itu, yaitu;
1)   Menambah kekuatan pada faktor pendukung.
2)   Mengutangi kekuatan pada faktor penghambat.
3)   mengubah faktor penghambat menjadi faktor pendukung.

d.   Menentukan dan menetapkan strategi
Setelah berbagai alternatif ditemukan oleh kelompok, maka dipilih alternatif mana yang akan dipakai. Penyelesaian masalah ini terdiri dua aspek, yaitu :
1)   Pengambilan keputusan (decision making), yaitu suatu proses untuk menentukan suatu plihan dari berbagai alternatif yang ada.
2)   Penerapan keputusan (desicion implementasion), yaitu proses untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan keputusan.





C.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROBLEM SOLVING
1.   Kelebihan metode problem solving
a.    Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b.   Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c.    Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah.
2.   Kekurangan metode problem solving
a.    Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai sengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan san pengalamanya yang tela memiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru.
b.    Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c.    Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari duru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

D.  CARA MENGATASI KELEMAHAN METODE PROBLEM SOLVING
1.     Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebih dahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang masalah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkirakan masih sanggup untuk menyelesaikannya.
2.     Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior knowledge  dan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah perselingkuhan, tidak bisa hidup bersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak.
3.     Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulai tugasnya.
4.     Cara menyelesaikan masalah peserta didik bisa dibantu dengan membuat model pohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masing dicarikan alternatif penyelesaiannya.